Rintiknya Membawa Rindu
Malam begitu larut, hujan tak
kunjung reda, apa yang harus kulakukan apabila sudah terlanjur sendirian? Angin malam pun terasa dingin menyentuh
seluruh badanku. Disertai oleh hujan yang sudah sedari sore tadi turun dengan
derasnya yang menambah dingin malam ini. Di kamar kos, aku bersama teman
sekamarku menggosok-gosokkan kedua tanganku sambil kutiup hangat. Jam sudah
menunjukkan pukul 8 malam dan suasana semakin sepi. Pandanganku mengarah ke
jendela yang semakin gelap tertutup kabut dan rintikan hujan yang begitu deras.
Sesekali ku cek handphone tuk menunggu chat, bermain sosial media, maupun
bermain game. Ku merenung, entah kenapa setiap melihat rintikan air hujan
memoriku melayang jauh ke suasana kampung halaman. Rasa rinduku ke kampung
halaman dan seluruh penghuni yang ada disana. Kubuka lebar-lebar pintu kamar
kosku yang berada dilantai dasar. Aku hanya ingin melihat hujan, menyentuh
rintikannya dengan telapak tanganku. Hujan selalu mengingatkanku dan membawaku
ke dalam kenangan. Hangat pelukan orang tua, sendau gurau dan canda tawa
bersama di ruang tamu bersama sebuah lilin yang terpancar menerangi ruangan,
dikala itu ibu sedang melipati baju sedangkan aku dan ayahku asik
bercakap-cakap.
“Nak, tak terasa sekarang kamu sudah tumbuh menjadi gadis,
ingatkah kamu dulu dimasa kecil, ketika ayah belum bisa menuruti permintaanmu,
kamu selalu marah dan mogok makan, nakal sekali ya?” kata ayah sambil tersenyum
dan menatap wajahku yang tersipu malu.
“Hahaaa, tidak nakal yah, hanya saja aku ingin dimanja, tapi
meskipun begitu sikapku, waktu itu aku kan juga bisa membanggakan ayah dan ibu
dengan mendapatkan banyak prestasi disekolah, iya kan ?” jawabku sambil
cengengesan dan membela diri.
“Halah, kamu ini selalu ada saja alasan tuk membantah. Ya
memang prestasi itu hal yang baik, namun jika sikap manjamu itu dikurangi kan
malah jauh lebih baik ta nak.” Sahut ibu sambil melipat baju.
Aku hanya diam dan tersenyum sambil sesekali melihat
handphoneku.
“Ya benar apa kata ibumu, kamu juga sudah tidak anak kecil
lagi, harapan orang tua kan ingin yang terbaik buat anaknya, semoga nantinya
bisa membanggakan orang tuamu.” Sahut ayah lagi,
Aku pun hanya tersenyum dan menyimpan dalam benakku akan ku
wujudkan keinginan orang tuaku yang menaruh harapannya kepada anak semata
wayangnya ini,, lalu kupeluk mereka dengan sejuta rasa kasihku kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar