Sabtu, 01 Juli 2017

Monolog



Buih Rindu
Karya Dewi Listyani Irniawati
Keluarga kecil yang terdiri dari 3 orang saja. Bapak, ibu, dan seorang anak perempuannya. Tempat tinggal yang ditempati mereka ini minimalis namun berdesign modern, dilihat dari tampak depan rumah, pintu depan yang tidak terlalu besar dan berdesign modern saat ini, banyak jendela yang tampak dari depan rumah, Ketika kita memasuki rumah akan di sambut dengan ruangan yang tidak terlalu luas, tampak terlihat sofa kecil yang elegan, lantai yang terbuat dari marmer, terdapat juga vas bunga lumayan besar yang terletak disudut ruang tamu dan dinding-dindingnya di hiasai dengan hiasan dinding, jam dinding klasik dan foto keluarga. Selanjutnya terdapat ruang keluarga dimana terdapat sebuah sofa untuk menonton televisi dan berkumpul bersama keluarga. Di sudut ruangan terdapat sebuah lemari dimana berisi koleksi benda-benda antik dan bermacam boneka.
Terlihat ibu yang sedang melipati baju dan bapak yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
Lelah, lelah sekali badanku bu, otot-otot dikaki bapak terasa kencang sekali.
Suara televisi yang meramaikan suasana malam itu, membuat rumah itu tidak nampak hening.
Lha anakmu dimana ta pak, dari tadi kok gak kelihatan, tadi kan bilang kalau mau mandi, lha sampai sekarang kok gak nampak anak itu. Dasar kebiasaan anak perempuanmu itu, kalau habis mandi terus masuk kamar, dandannya lama sekali padahal ya nantinya gak main keluar lho.
Suara klik terdengar dari pintu salah satu kamar yang berada di tengah tepat samping ruang keluarga. Anak perempuan itu keluar dari kamarnya.
Ada apa sih pak buk, aku denger lho tadi kalau lagi membicarakan anakmu perempuan satu-satunya ini (Sambil cengengesan) lagian wajar-wajar saja kalau anak perempuan dandan, toh malah bagus terlihat segar, wangi, dan enak dipandang, nantinya kalau gak mau mandi dan males merawat diri juga dimarahin.
Mendekat dan bergabung ke sofa tempat dimana bapak dan ibunya sedang bercakap tadi
Sofa depan tv itu terlihat penuh.
Halah, kamu dan ibumu itu sama aja nak, selalu berdebat masalah sepele, namun hal itu yang membuat bapak rindu kalian jika bapak sedang bekerja diluar sana. Iya, keramaian yang kamu buat dengan ibumu itu, sama-sama gak mau ngalah.
Ini badan bapak terasa lelah sekali, pijat badan bapak bentar ya nak. Dah, setelah mijat bapak, nanti tak ajak keluar beli nasi goreng langganan biasanya.
Merayu dan tersenyum sambil menengkurapkan badannya seolah ingin anak perempuannya segera memijatnya.
Heheee, pak pak ndak usah dirayu gitu tak pijiti kok, tapi nanti kalau mau dibeliin nasi gorengnya juga gak apa apa kok, lagian aku juga lagi pengen  makan nasi goreng, sudah lama gak beli nasi goreng dilangganan kebiasaan kita itu pak, tapi aku mau mijit ini bukan berarti karena nasi goreng lho pak, heheee.
Sambil memijat badan bapaknya yang sudah tak sekuat dahulu seiring bertambah usianya.
Iya iya nak, udah dilanjut saja dulu mijatnya nanti setelah ini langsung berangkat.---- Nak, tak terasa sekarang kamu sudah tumbuh menjadi gadis, ingatkah kamu dulu dimasa kecil, ketika bapak belum bisa menuruti permintaanmu, kamu selalu marah dan mogok makan, nakal sekali ya? Ingat atau tidak kamu, ha ? (Masih tengkurap)
Anak perempuan itu tersenyum dan nampak wajahnya yang tersipu malu.
Hahaaa, tidak nakal pak, hanya saja aku ingin dimanja, tapi meskipun begitu sikapku, waktu itu aku kan juga bisa membanggakan bapak dan ibu dengan mendapatkan banyak prestasi disekolah, iya kan ?
Sambil cengengesan dan seolah-olah membela dirinya.
Tampak dipinggir sofa ibu mulai selesai dan merapikan lipatan bajunya tadi untuk dibawa kelemari kamar.
(Berdiri membawa tumpukan lipatan baju)
Halah, kamu ini selalu ada saja alasan tuk membantah. Ya memang prestasi itu hal yang baik, namun jika sikap manjamu itu dikurangi kan malah jauh lebih baik ta nak.
Sahut ibu sambil menuju kearah kamar yang terletak didekat ruang tamu.
Anak perempuan itu hanya diam saja, dan masih memijat bapaknya.
Ya benar apa kata ibumu, kamu juga sudah tidak anak kecil lagi, harapan orang tua kan ingin yang terbaik buat anaknya, semoga nantinya bisa membanggakan orang tuamu, apalagi kamu anak perempuan satu-satunya, besar harapan bapak ibu untuk anak satu-satunya ini.
Selesai memijat.
Iya pak, doakan saja yang terbaik untuk anakmu ini. --- Sudah pak pijitannya, ayo beli nasi goreng sekarang, hehe.
Anak perempuan itu melangkah menuju ke teras rumah dahulu yang kemudian disusul oleh bapaknya, suasana diruang tengah tadi telah buyar, ibunya memilih untuk tetap tinggal dirumah dan meminta untuk dibungkuskan saja. Terlihat sorot lampu yang memancar kea rah selatan seiring terdengar suara motor tuk bergegas pergi.





Biografi Penulis
Orang tuanya memberikan nama lengkap  Dewi Listyani Irniawati, sejak kecil dia biasa dipanggil Nia ataupun Dewi, namun semenjak SMK dia sering disapa dengan panggilan Nyak, awal sapaan tersebut karena sering dipanggil Nia menjadi Nya sampai akhirnya dipanggil Nyak. Perempuan berbintang pisces ini lahir di Pati 14 Maret 1997. Memiliki bentuk wajah oval, hidung yang tak terlalu mancung namun juga tak terlalu pesek. Memiliki kulit sawo matang dan tubuh yang bisa dibilang kurus. Dia anak tunggal dan beragama islam. Beralamat tinggal di Desa Kedalon Kecamatan Batangan Kabupaten Pati.
Riwayat pendidikannya dimulai dari memasuki TK Dharma Wanita, setelah itu lanjut ke jenjang selanjutnya di SD N 03 Kedalon, dan melanjutkan lagi ke jenjang berikutnya yaitu di SMP N 1 Batangan, kemudian lanjut ke SMA N 1 Rembang, sekarang dia berstatus menjadi mahasiswi di Universitas PGRI Semarang dengan jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Perempuan ini memiliki hobi mendengarkan musik, berbagai genre musik dia suka,  apalagi ketika di kos sangat membantu mengisi hari-harinya untuk lebih santai ketika sendirian di kos dan ketika mengerjakan tugas. Makanan favoritnya yaitu nasi goreng dan mie ayam, sejak kecil sampai sekarang tak pernah bosan dengan jenis kedua makanan tersebut, namun ada juga makanan yang paling tidak dia suka yaitu soto, karena dia paling tidak suka dengan aroma kuahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar