Buih
Rindu
Karya
Dewi Listyani Irniawati
Keluarga
kecil yang terdiri dari 3 orang saja. Bapak, ibu, dan seorang anak
perempuannya. Tempat tinggal yang ditempati mereka ini minimalis namun berdesign modern, dilihat dari tampak depan rumah,
pintu depan yang tidak terlalu besar dan berdesign modern saat ini, banyak
jendela yang tampak dari depan rumah, Ketika kita memasuki rumah akan di sambut
dengan ruangan yang tidak terlalu luas, tampak terlihat sofa kecil yang elegan,
lantai yang terbuat dari marmer, terdapat juga vas bunga lumayan besar yang
terletak disudut ruang tamu dan dinding-dindingnya di hiasai dengan hiasan
dinding, jam dinding klasik dan foto keluarga. Selanjutnya terdapat ruang
keluarga dimana terdapat sebuah sofa untuk menonton televisi dan berkumpul
bersama keluarga. Di sudut ruangan terdapat sebuah lemari dimana berisi koleksi
benda-benda antik dan bermacam boneka.
Terlihat ibu yang sedang melipati baju dan bapak yang sedang
menonton televisi di ruang tengah.
Lelah, lelah sekali badanku
bu, otot-otot dikaki bapak terasa kencang sekali.
Suara televisi yang meramaikan suasana malam itu, membuat
rumah itu tidak nampak hening.
Lha anakmu dimana ta pak,
dari tadi kok gak kelihatan, tadi kan bilang kalau mau mandi, lha sampai
sekarang kok gak nampak anak itu. Dasar kebiasaan anak perempuanmu itu, kalau
habis mandi terus masuk kamar, dandannya lama sekali padahal ya nantinya gak
main keluar lho.
Suara klik terdengar dari pintu salah satu kamar yang berada
di tengah tepat samping ruang keluarga. Anak perempuan itu keluar dari
kamarnya.
Ada apa sih pak buk, aku
denger lho tadi kalau lagi membicarakan anakmu perempuan satu-satunya ini (Sambil cengengesan) lagian wajar-wajar saja kalau anak perempuan dandan, toh malah
bagus terlihat segar, wangi, dan enak dipandang, nantinya kalau gak mau mandi
dan males merawat diri juga dimarahin.
Mendekat dan bergabung ke sofa tempat dimana bapak dan ibunya
sedang bercakap tadi
Sofa depan tv itu terlihat penuh.
Halah, kamu dan ibumu itu
sama aja nak, selalu berdebat masalah sepele, namun hal itu yang membuat bapak
rindu kalian jika bapak sedang bekerja diluar sana. Iya, keramaian yang kamu
buat dengan ibumu itu, sama-sama gak mau ngalah.
Ini badan bapak terasa lelah
sekali, pijat badan bapak bentar ya nak. Dah, setelah mijat bapak, nanti tak
ajak keluar beli nasi goreng langganan biasanya.
Merayu dan tersenyum sambil menengkurapkan badannya seolah
ingin anak perempuannya segera memijatnya.
Heheee, pak pak ndak usah
dirayu gitu tak pijiti kok, tapi nanti kalau mau dibeliin nasi gorengnya juga
gak apa apa kok, lagian aku juga lagi pengen
makan nasi goreng, sudah lama gak beli nasi goreng dilangganan kebiasaan
kita itu pak, tapi aku mau mijit ini bukan berarti karena nasi goreng lho pak,
heheee.
Sambil memijat badan bapaknya yang sudah tak sekuat dahulu
seiring bertambah usianya.
Iya iya nak, udah dilanjut
saja dulu mijatnya nanti setelah ini langsung berangkat.---- Nak, tak terasa sekarang kamu sudah tumbuh
menjadi gadis, ingatkah kamu dulu dimasa kecil, ketika bapak belum bisa
menuruti permintaanmu, kamu selalu marah dan mogok makan, nakal sekali ya?
Ingat atau tidak kamu, ha ? (Masih
tengkurap)
Anak
perempuan itu tersenyum dan nampak wajahnya yang tersipu malu.
Hahaaa, tidak nakal pak, hanya saja aku ingin
dimanja, tapi meskipun begitu sikapku, waktu itu aku kan juga bisa membanggakan
bapak dan ibu dengan mendapatkan banyak prestasi disekolah, iya kan ?
Sambil
cengengesan dan seolah-olah membela dirinya.
Tampak
dipinggir sofa ibu mulai selesai dan merapikan lipatan bajunya tadi untuk
dibawa kelemari kamar.
(Berdiri
membawa tumpukan lipatan baju)
Halah, kamu ini selalu ada saja alasan tuk
membantah. Ya memang prestasi itu hal yang baik, namun jika sikap manjamu itu
dikurangi kan malah jauh lebih baik ta nak.
Sahut
ibu sambil menuju kearah kamar yang terletak didekat ruang tamu.
Anak
perempuan itu hanya diam saja, dan masih memijat bapaknya.
Ya benar apa kata ibumu, kamu juga sudah tidak
anak kecil lagi, harapan orang tua kan ingin yang terbaik buat anaknya, semoga
nantinya bisa membanggakan orang tuamu, apalagi kamu anak perempuan
satu-satunya, besar harapan bapak ibu untuk anak satu-satunya ini.
Selesai
memijat.
Iya pak, doakan saja yang terbaik untuk anakmu
ini. --- Sudah pak pijitannya, ayo beli nasi goreng sekarang, hehe.
Anak
perempuan itu melangkah menuju ke teras rumah dahulu yang kemudian disusul oleh
bapaknya, suasana diruang tengah tadi telah buyar, ibunya memilih untuk tetap
tinggal dirumah dan meminta untuk dibungkuskan saja. Terlihat sorot lampu yang
memancar kea rah selatan seiring terdengar suara motor tuk bergegas pergi.
Biografi
Penulis
Orang tuanya memberikan nama lengkap Dewi Listyani Irniawati, sejak kecil dia
biasa dipanggil Nia ataupun Dewi, namun semenjak SMK dia sering disapa dengan
panggilan Nyak, awal sapaan tersebut karena sering dipanggil Nia menjadi Nya sampai
akhirnya dipanggil Nyak. Perempuan berbintang pisces ini lahir di Pati 14 Maret
1997. Memiliki bentuk wajah oval, hidung yang
tak terlalu mancung namun juga tak terlalu pesek. Memiliki kulit sawo matang
dan tubuh yang bisa dibilang kurus. Dia anak tunggal dan beragama islam.
Beralamat tinggal di Desa Kedalon Kecamatan Batangan Kabupaten Pati.
Riwayat pendidikannya
dimulai dari memasuki TK Dharma Wanita, setelah itu lanjut ke jenjang
selanjutnya di SD N 03 Kedalon, dan melanjutkan lagi ke jenjang berikutnya
yaitu di SMP N 1 Batangan, kemudian lanjut ke SMA N 1 Rembang, sekarang dia
berstatus menjadi mahasiswi di Universitas PGRI Semarang dengan jurusan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Perempuan ini memiliki hobi
mendengarkan musik, berbagai genre musik dia suka, apalagi ketika di kos sangat membantu mengisi
hari-harinya untuk lebih santai ketika sendirian di kos dan ketika mengerjakan
tugas. Makanan favoritnya yaitu nasi goreng dan mie ayam, sejak kecil sampai
sekarang tak pernah bosan dengan jenis kedua makanan tersebut, namun ada juga
makanan yang paling tidak dia suka yaitu soto, karena dia paling tidak suka
dengan aroma kuahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar