Angka
238
238 deretan angka tak
tertata
Mempersilahkan raga tuk
berjumpa
Mengadu lelah tak
tertahan
Sekejap mata memejam
Gelap secepat menjadi
terang
Begegas beranjak pergi
Memberi mimpi tersusun
rapi
Entah kapan kembali
lagi
Kilau
Kuning
Kumpulan cahaya kuning
Kilaunya menggores mata
Kilaunya tak tertata
Kilaunya seperti
kunang-kunang
Tapi tak bertebangan
Kilaunya memudar
Beralih pelan dalam
tatapan
Duduk manis dalam pandangan
Tampak bulan tersenyum
memancar
Dingin
Dingin hati tak
sedingin malam itu
Kemarin mencari angin
Malam itu mencari api
Badan merengkuk mungil
Liuk pohon bersemilir
Sekejap mata memejam
Sinar mentari tepiskan
rasa dingin lalu
Bagai hati enggan berlalu
Goresan
Manis
Tercipta sayatan kecil
Kecilnya tetap mencipta
bekas
Tak kan hilang meski
sedikit pudar
Terbalut manis dalam
ingatan
Mentari mengawal
Bulan mengantar
Gurau mengiringi
Hembusan angin
mendampingi
Gelombang pun ikut
menari terseret kesana kemari
Sepatu
Biru
Sang hitam mulai
menyapa
Bersama ramai dibibir
pantai
Senandung lagu menjamu
tamu
Ajak awak berlenggok
lenggok
Diatas butiran kilauan
coklat
Sepatu biru tersandar
Tertutup percikan air
Kian menempel butiran
itu
Berat langkah tuk berlari
Tiktoktiktok
Dari
ufuk sampai menghampiri senja
Saat
mentari pagi tersenyum
Sampai
mentari petang berpulang
Kusandarkan
awak yang mulai lelah
Sampai
kapan?
Kualihkan
tatapan ke arloji putih
Detik
demi detik tlah berlalu
Tersimpan
dalam benak penuh tanya
Hari
berganti ditelan sang hitam menjadi bulan
Sampai
kapan?
Debur Biru
Hembus
angin menerpa
Debur
birumu berkejaran
Mendekati
pasir terhampar
Suaramu
memecahkan keheningan
Kala
tepat teriknya mentari
Pasir
putih terhampar luas dengan kilau cahaya mentari
Kerumunan
orang dari segala penjuru
Bergelut
dengan seretan busa
Angin
membali diri
Ujung
Kapal
Kala
mendekati senja
Berbondong
menuju tepi laut
Anginpun
setia mendampingi
Diujung
kapal itu
Sendau
gurau pun tercipta
Kuarahkan
mataku ke utara
Tatapanku
menyapu lautan
Usikan Manja
Tampak
beraneka kapal
Yang
di atas ombak terombang ambing manja
Suaranya
memecah hening sore
Kualihkan
tatapanku
Awan
biru lembut nan putih memenuhi ruang langit
Senyap,
deru mesin itu tak terdengar lagi
Pertanda
tuk bersandar ke tepi
Selendang
kuning
Tumpukan itu
Berwarna kuning dan
ungu
Saling beradu
Dikerumuni dari segala
penjuru
Berdesak, berebut
Letih lesu ikut menyatu
Tak sengaja terambil
satu
Sebagai syarat menembus
pintu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar