Sabtu, 01 Juli 2017

Kumpulan Puisi



Angka 238
238 deretan angka tak tertata
Mempersilahkan raga tuk berjumpa
Mengadu lelah tak tertahan
Sekejap mata memejam
Gelap secepat menjadi terang
Begegas beranjak pergi
Memberi mimpi tersusun rapi
Entah kapan kembali lagi

Kilau Kuning
Kumpulan cahaya kuning
Kilaunya menggores mata
Kilaunya tak tertata
Kilaunya seperti kunang-kunang
Tapi tak bertebangan
Kilaunya memudar
Beralih pelan dalam tatapan
Duduk manis dalam pandangan
Tampak bulan tersenyum memancar

Dingin
Dingin hati tak sedingin malam itu
Kemarin mencari angin
Malam itu mencari api
Badan merengkuk mungil
Liuk pohon bersemilir
Sekejap mata memejam
Sinar mentari tepiskan rasa dingin lalu
Bagai hati enggan berlalu

Goresan Manis
Tercipta sayatan kecil
Kecilnya tetap mencipta bekas
Tak kan hilang meski sedikit pudar
Terbalut manis dalam ingatan
Mentari mengawal
Bulan mengantar
Gurau mengiringi
Hembusan angin mendampingi
Gelombang pun ikut menari terseret kesana kemari
Sepatu Biru
Sang hitam mulai menyapa
Bersama ramai dibibir pantai
Senandung lagu menjamu tamu
Ajak awak berlenggok lenggok
Diatas butiran kilauan coklat
Sepatu biru tersandar
Tertutup percikan air
Kian menempel butiran itu
Berat langkah tuk berlari

Tiktoktiktok
Dari ufuk sampai menghampiri senja
Saat mentari pagi tersenyum
Sampai mentari petang berpulang
Kusandarkan awak yang mulai lelah
Sampai kapan?
Kualihkan tatapan ke arloji putih
Detik demi detik tlah berlalu
Tersimpan dalam benak penuh tanya
Hari berganti ditelan sang hitam menjadi bulan
Sampai kapan?

Debur Biru
Hembus angin menerpa
Debur birumu berkejaran
Mendekati pasir terhampar
Suaramu memecahkan keheningan
Kala tepat teriknya mentari
Pasir putih terhampar luas dengan kilau cahaya mentari
Kerumunan orang dari segala penjuru
Bergelut dengan seretan busa
Angin membali diri

Ujung Kapal
Kala mendekati senja
Berbondong menuju tepi laut
Anginpun setia mendampingi
Diujung kapal itu
Sendau gurau pun tercipta
Kuarahkan mataku ke utara
Tatapanku menyapu lautan




Usikan Manja
Tampak beraneka kapal
Yang di atas ombak terombang ambing manja
Suaranya memecah hening sore
Kualihkan tatapanku
Awan biru lembut nan putih memenuhi ruang langit
Senyap, deru mesin itu tak terdengar lagi
Pertanda tuk bersandar ke tepi



Selendang kuning
Tumpukan itu
Berwarna kuning dan ungu
Saling beradu
Dikerumuni dari segala penjuru
Berdesak, berebut
Letih lesu ikut menyatu
Tak sengaja terambil satu
Sebagai syarat menembus pintu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar